Tips Agar Hubungan Intim Kembali Wah..
Perubahan fisik pada organ intim seiring bertambahnya usia dan juga pengaruh frekuensi proses melahirkan normal kadang-kadang menjadi keluhan bagi pasangan istri-suami. Hubungan seksual mereka pun terganggu. Salah satu alternatif yang ditawarkan dunia medis dalam mengatasi hal tersebut adalah vaginoplasty atau vagina repair.
Pada awalnya, vaginoplasty merupakan pembedahan untuk menolong kelainan bawaan, seperti agenesis vagina atau tidak terbentuknya vagina sejak lahir atau vagina yang buntu. Seiring berkembangnya ilmu kedokteran, vaginoplasty ternyata juga bisa dimanfaatkan untuk mengembalikan keintiman suami-istri.
Empat Fungsi Vagina
Hanya saja, Surahman Hakim, MD, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo memperingatkan, “Sebelum melakukan operasi ini ada baiknya kita mengetahui dulu keempat fungsi vagina.”
Pertama, sebagai jalan keluarnya darah menstruasi. Kedua sebagai liang senggama. Ketiga, sebagai jalan lahir. Terakhir adalah sebagai estetika.
Tindakan operasi dapat dilakukan jika ditemukan indikasi hilangnya salah satu, beberapa atau bahkan seluruh fungsi vagina tersebut. Jadi, tujuan vaginoplasty adalah untuk menghilangkan keluhan pasien, memperbaiki keadaan cacat (patologi), mengembalikan fungsi organ serta memperhatikan estetika.
“Diharapkan, setelah operasi penderita dapat melaksanakan kegiatan seksual serta fungsi reproduksinya dengan normal,” lanjut dr Surahman.
Pascabersalin
Ada juga yang melakukan operasi tersebut akibat trauma persalinan, terjadi cedera atau perubahan struktur vagina. “Robekan vagina yang besar hingga anus pascamelahirkan dapat menyebabkan wanita kesulitan menahan buang air besar juga kentut. Untuk mengatasi kondisi tersebut tentu saja tidak ada alternatif lain kecuali dilakukan tindakan bedah vaginoplasty sesegera mungkin,” imbuh dr Surahman.
Tiga Jenis
Tapi ingat, lagi-lagi dr Surahman memberi amaran, “Bedah vagina tidak sama seperti kita hendak melakukan operasi payudara atau penyedotan lemak.” Maksudnya, ini bukan semata-mata persoalan estetika dan kepuasan seksual. Namun lebih pada fungsi vagina. Jika fungsi vagina tak ada masalah, ya tak perlu operasi.
Menurutnya, baik istri maupun suami musti memahami tiga jenis tindakan pembedahan vagina, yakni vaginoplasty. Dalam arti khusus, tindakan ini adalah pembentukan liang kemaluan, termasik tindakan mengecilkan vagina. Kemudian labioplasty, yang digunakan untuk menghilangkan bentuk bibir vagina yang seperti jengger ayam. Tindakan ini lebih cenderung ke estetika agar alat reproduksi tersebut tampak lebih menawan. Selanjutnya ada hymenoplasty, yang bertujuan mengembalikan selaput dara yang pecah hingga menjadi seperti semula. (Banyak psikolog dan psikiater tidak menyarankan hal ini karena “keperawanan” bukan terletak pada selaput dara melainkan hati, pikiran, dan perasaan).
Enam Juta Rupiah
Operasi sebenarnya tindakan instan yang hanya membantu mengembalikan keadaan seperti semula. Tindakan ini hanya sekira satu jam. “Efek negatif dipastikan tidak ada. Selama ditangani dokter yang ahli di bidangnya,” tandas dr Surahman. Biasanya wanita yang melakukan vaginoplasty juga melakukan labioplasty, jadi kedua tindakan ini satu paket dengan biaya berkisar kurang lebih enam juta rupiah.
Pasca Melahirkan
Nah, jika kondisi Anda memang memenuhi “syarat” untuk menjalani vaginoplasty, kapankah waktu tepat pelaksanaannya? Tiga bulan pascapersalinan terakhir, setelah tubuh Anda pulih.
“Setelah melahirkan jaringan tubuh wanita masih membengkak, pembuluh darah pun masih belum normal. Juga masih ada darah nifas yang bisa menjadi sumber infeksi. Jika dilakukan reparasi saat keadaan tubuh masih seperti itu tentu saja tingkat keberhasilannya rendah,” terang dr Surahman.
Puasa Sebulan Penuh
Setelah operasi, masih ada hal penting lain yang patut diperhitungkan. Agar risiko fatal setelah operasi tidak terjadi, pasien wajib “puasa” berhubungan seksual selama 30-40 hari. Juga dilarang melakukan kegiatan berat lainnya seperti berkuda, bersepeda, mengenakan pembalut keras, dan jins ketat.
Dr Surahman menambahkan, “Gesekan-gesekan yang ditimbulkan melalui hubungan seksual yang dilakukan sebelum masa yang dianjurkan besar kemungkinan akan mengakibatkan jahitan di vagina mengendur bahkan terlepas, hingga menimbulkan infeksi dan perdarahan. Maklum, benang yang digunakan untuk menjahit adalah benang serap lambat, maka dalam kurun waktu 30-40 hari baru dapat menyatu dengan kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar